Resensi Komitmen Da'i Sejati



Komitmen Da’I Sejati
oleh : Diana Herlianita
 

Hasan al-banna rahimahullah berkata, “ wahai ikhwan, wahai seluruh manusia. Kita bukan partai politik walaupun berpolitik secara islami adalah bagian penting dari fikrah kita. Kita bukan lembaga social dan kebajikan, sekalipun aktivitas social dan kebajikan merupakan bagian dari tujuan kita. Kita bukan klub olahraga, walaupun olahraga dan olahjiwa termasuk aktivitas penting kita.
Lalu siapakah kita sebenarnya?
Dakwah kita adalah dakwah salafi, tarekat sunni, hakikat sufi,, lembaga politik, klub olahraga, perkumpulan ilmiah dan budaya, serta perusahaan bisnis dan gagasan social. Demikianlah, komprehensivitas arti Islam telah membentuk komprehensivitas pemikiran kita tentang semua aspek ishlah (reformasi). Aktivitas ikhwan diarahkan pada semua aspek tersebut. Di saat sekian banyak individu dan kelompok mengarahkan aktivitas mereka kepada salah satu aspek, justru ikhwan mengarahkan aktivitasnya kepada semua aspek, dan mereka sangat menyadari bahwa Islam menuntut mereka untuk melakukan semua itu.”
Komitmen da’I sejati sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Kutipan diatas mengingatkan kembali kepada kita bahwa dakwah itu bukan hanya berkutat pada ibadah saja, sehingga kita akan mengkotak-kotakan  dakwah dan memiliki pandangan yang sempit terhadap dakwah itu sendiri, padahal kita diajarkan bahwa dakwah Islam itu luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Sehingga kita dapat bersikap arif dan bijaksana kepada objek dan ladang dakwah kita. (Peresensi)
Beberapa kutipan dalam buku komitmen da’I sejati :
·         Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka tidak akan banyak da’I yang berguguran di tengah jalan. Dakwah akan terus melaju dengan mulus untuk meraih tujuan-tujuannya dan mamou memancangkan prinsip-prinsipnya dengan kokoh.
·               Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, niscaya hati sekian banyak orang akan menjadi bersih, pikiran mereka akan bersatu, dan fenomena ingim menang sendiri saat berbeda pendapat, akan jarang terjadi.
·         Jika komitmen da’I benar-benar tulus, maka sikap toleran akan semarak, rasa saling mencintai akan merebak, hubungan persaudaraan semakin kuat,dan barisan da’I akan menjadi bangunan yang berdiri kokoh dan saling menopang.
·                Jika komitmen da’I benar-benar tulus, maka dia tidak akan peduli saat ditempatkan di barisan depan atau belakang. Komitmennya tidak akan berubah ketika ia diangkat menjadi pemimpin yang berwenang mengeluarkan keputusan dan ditaati atau hanya sebagai jundi yang tidak dikenal atau tidak dihormati.
·         Jika komitmennya benar-benar tulus, maka hati seorang da’I akan tetap lapang untuk memaafkan setiap kesalahan saudara-saudara seperjuangannya, sehingga tidak tersisa tempat sekecil apa pun untuk permusuhan dan dendam.
·         Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka sikap toleran dan saling memaafkan akan teru berkembang sehingga tidak ada momentum yang bisa menyulut kebencian, menaruh dendam, dan amarah. Namun sebaliknya, semboyan yang diusung bersama adalah “saya sadder bahwa saya sering melakukan kesalahan, dan saya yakin anda akan selalu memaafkan saya.”
·         Jika komitmen da’I benar-benar tulus, maka tidak mungkin akan terjadi kecerobohan dalam menunaikan kewajiban dan tugas dakwah. Namun yang terjadi adalah fenomena berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dan bersungguh-sungguh untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.
·              Jika komitmen da’I benar-benar tulus, maka semua orang akan sangat menghargai waktu. Bagi setiap da’I tidak ada waktu yang terbuang sia-sia karena dia akan selalu menggunakannya untuk beribadah kepada Allah disudutmihrab, atau berjuang melaksanakan dakwah dengan menyeru kepada kebaikan atau mencegah kemungkaran. Atau, menjadi murabbi yang gigih mendidik dan mengajari anak serta istrinya di rumah. Da’I yang aktif di masjid untuk menyampaikan nasihat dan membimbing masyarakat.
·         Jika komitmennya bena-benar tulus, maka setiap da’I akan segera menunaikan kewajiban keuangannya untuk dakwah tanpa dihinggapi rasa ragu sedikit pun. Semboyannya adalah “ apa yang ada padamu akan habisdan apa yang ada disisi Allah akan kekal.”
·              Jika komitmennya da’I benar-benar tulus, maka setiap da’I akan patuh dan taat tanpa merasa ragu atau bimbang. Di dalam benaknya, tidak ada lagi arti keuntungan pribadi dan menang sendiri.
·         Jika komitmennya da’I benar-benar tulus, maka akan muncul fenomena pengorbanan yang nyata. Tidak ada kata “ya” untuk dorongan nafsu atau segala sesuatu yang seiring dengan nafsu untuk berbuat maksiat. Kata yang ada adalah kata “ya” untuk setiap perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah.
·             Jika komitmen para da’I benar-benar tulus, maka setiap anggota akan menaruh kepercayaan yang tinggi kepada para pemimpin fikrah. Setiap yang bergabung akan melaksanan kebijakan pimpinannya dan menegakkan prinsip-prinsip dakwah di dalam hatinya.
·         Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka setiap orang yang kurang teguh komitmennya akan menangis, sementara yang bersungguh-sungguh akan menyesali dirinya karena ingin berbuat lebih banyak dan berharap mendapat balasan serta pahala dari Allah.
·             Jika ada yang bertanya kepada diri sendiri, “apa sebenarnya bentuk komitmen saya terhadap dakwah?”


Komitmen da’I sejati sebuah buku yang ditulis oleh Muhammad abduh, seorang penulis yang tidak diragukan keahliannya dalam bidang penulisan.
Sesuai dengan judulnya yang singkat “komitmen da’I sejati” namun bermakna dalam, dakwah memang membutuhkan komitmen dari para da’I, yahh sebuah komitmen. Sebuah kata yang sangat mudah diucapkan namun realisasinya wuuh sangat sulit dijalankan.  
Walau komitmen itu sulit untuk diterapakan tak bukanlah suatu hal yang mustahil jika kita mau menerapkannya sama halnya seperti yang dijelaskan dalam buku ini, berisi treatment-treatment dan tamparan-tamparan bagi para da’I yang dewasa ini makin terlihat kehilangan jati diri dan komitmennya.
Menarik, menumbuhkan kembali semangat-semangat untuk berdakwah. Tak dapat disangkal bahwa realita yang kita hadapi saat ini menghadapkan kita pada sosok da’I yang hanya fokus pada satu aspek, namun dengan membaca buku, ini kita disadarkan kembali bahwa dakwah Islam itu menyeluruh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Best Friend Become Lovers

Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang

Resensi The Great Power of Mother