Ghozwul Fikri
Created By : Diana Herlianita
Ghozwul fikri sering diartikan sebagai perang pemikiran. Pemikiran
lahir dari buah analisa, pengamatan, pemahaman, perilaku dan sikap hingga bermuara
pada tesis, teori atau ideology. Ideology yang lahir dari proses tersebut
melahirkan kembali proses-prosesnya sebagaimana ia dilahirkan, yaitu Ideology
dapat mempengaruhi pemahaman, pengamatan, sudut pandang bahkan perilaku
seseorang. Bahkan gaya hidup serta arah hidup tak lepas dari pengaruh ideology.
Contohnya, komunisme, fasisme, liberalism, materialism dan lain sebagainya yang
kini kita ketahui telah mempengaruhi hampir seluruh sendi kehidupan manusia.
Mengapa demikian? Mengapa ideology mempunyai pengaruh yang besar dalam
kehidupan manusia? Disini akan saya ulas sedikit tentang ideology menurut
pemahaman, pengamatan dan pembelajaran yang saya peroleh.
Perbedaan adalah rahmat diantara kalian. Jika perbedaan adalah
rahmat dari Allah SWT, berarti ada yang salah dengan kita, mereka, pemikiran
kita dan pemikiran mereka. Yang terlalu menggaungkan pemikiran dari golongan
masing-masing, sehingga lupa akan rahmat yang Allah tuangkan dalam mangkuk
‘perbedaan’. Namun terkadang kita kehilangan arah dalam memperjuangkan yang
Haq, ditutupi dengan nafsu kemengan golongan.
Mungkin dapat dengan mudah kita membagi golongan dengan berbagai
pemikirannya menjadi golongan kanan dan golongan kiri. Golongan kanan yang
identic dengan masalah fitrah yang ideology mereka tidak jauh dan melupakan
asas sisi keTuhanan, golongan kiri yang yang ideologinya terkadang mengenyampingkan
sisi keTuhanan dengan memerdekakan akal mereka. Bahkan kini ada segelintir
orang yang memakai asas kedamaian dan humanism untuk membentuk kaum ‘netral’ dengan
tidak memihak ke golongan kanan dan golongan kiri.
Pertikaian melalui berbagai media, adu acara, adu diskusi, hingga
adu kekuasaan untuk menggaugkan pemikiran masing-masing begitu kental saat ini
kita rasakan. Semakin terlihat pula golongan mana yang berasaskan Al-Haq dan
golongan mana yang menggaungkan kebatilan. Menanggapi ‘kesengitan’ pemikiran
ini, sebagai mahasiswa kita seharusnya bisa menempatkan diri, berpegang pada
yang Haq dan mengingkari yang Bathil, bisa memposisikan diri juga sebagai
intelektual yang tidak menyempitkan pemikiran. Mencegah keBathilan dengan ahsan
dan rasional namun tetap pada jalur yang lurus. Sehingga yang bathil dapat
mengikuti ajakan kita kepada yang Haq. Walaupun ideology-ideologi merupakan
buah dari dalamnya pemikiran dan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, yang
menunjukkan betapa pesat dan kayanya ilmu pengetahuan saat ini. Namun sebagai
muslim kita juga harus pandai memilah-milah mana yang bisa dijadikan landasan
dan mana yang harus dikritisi.
Kampus, sekolah dan lembaga pendidikan kini menjadi sasaran empuk
bagi pertumbuhan pemikiran yang beragam dengan menganalogikan dan merasionalkan
segala macam alasan mulai dari pentingnya kebebasan dalam ilmu pengetahuan,
humanism, hak asasi bahkan hingga ayat suci, menjadi dalil ampuh bagi para
penyumbang pemikiran untuk merekrut kader-kader dan pengikut-pengikutnya.
Berbagai cara, berbagai acara, berbagai kesempatan benar-benar dijadikan jalan
untuk menyebar berbagai ideology dan pemikiran masing-masing “pemuka
pemikiran”. Rawannya jika pemikiran-pemikiran yang salah lah yang berkamuflase
dalam humanism yang mempengaruhi sebagian siswa dan mahasiswa yang belum
mempunyai prinsip yang kuat, sehingga banyak yang terjerumus pada hal-hal yang
tidak seharusnya dilakukan.
Bahkan tidak hanya mahasiswa yang belum tau apa-apa yang menjadi
sasaran, para intelektual yang berpendidikan juga menjadi sasaran, karena
terlalu mendewakan akal pikirannya. Pada akhirnya semua kembali kepada seberapa
besar prinip yang kita pegang. Karena pada hakikatnya prinsip yang kuat lahir
dari pemahaman yang mendasar dan mengakar. Hingga ke-imanan sangat berperan
penting dalam hal ini. Prinsip yang ditaburi pupuk keimanan kepada Tuhan pasti
akan kuat mengakar seiring dengan kedekatan kita kepada Tuhan. Jadi seberapa
dekat hubungan dengan Tuhan dan pemahaman tentang agama, akan sangat menjaga cara
pandang kita dalam menilai sesuatu. Sehingga tidak mudah untuk menerima
pemikiran-pemikiran yang bathil.
Komentar
Posting Komentar